Senin, 09 November 2009

Cerita ku...

Jujur ku tidak pernah merencanakan ini! Tidak pernah sama sekali!!! Dan sialnya selalu begini!!!

Aku akan menceritakan cerita cinta yang terbaru dari yang kualami. Cerita yang klasik sebenarnya, tapi jika kita mau jujur, takkan ada yang mampu menghidari cerita cinta yang paling klasik sekali pun. Karena tidak akan ada yang mampu mengusir bila cinta itu menyapa. Dan tidak akan ada yang dapat menahannya jika cinta itu ingin pergi.

Aku mengenalnya di sebuah institusi, tempat yang kuputuskan untuk melanjutkan pendidikanku. Dia seniorku. Dia termasuk individu yang aktif dalam kegiatan kampus, sehingga dapat ditebak bahwa ku mengenalnya melalui kegiatan kampus. Pertama kali melihatnya saat dia mengunjungi kelasku dalam suatu tradisi kampus, yah… dapat disebut tradisi karena hal itu selalu dilakukan setiap tahunnya dan lebih ke sebuah arti seremonial daripada kegunaan dari kegiatan tersebut. Namun yang kumaksudkan dalam hal ini bukanlah ospek loh…

Awalnya tidak ada yang menarik dari dia. Hanya senior biasa, yang terlihat biasa, dalam acara biasa. Terlalu biasa ya??

Selang beberapa waktu, ada suatu acara kampus. Terdorong rasa ingin berpartisipasi dalam kegiatan kampus, aku pun ikut serta. Dan dalam proses bergabung dalam kegiatan kampus ini, aku harus berurusan dengan dia. Sebuah sesi tanya jawab singkat yang menurutku hanya sekedar tradisi saja. Kusebut tradisi karena lebih berupa simbolis daripada fungsinya.

Hm… kenapa ya banyak hal-hal “tradisi” yang hanya buang waktu seperti itu di kampus? Aku yakin hal seperti itu pasti lebih banyak lagi dilakukan di negara ini. Hm…

Namun ternyata hal tradisi ini lah yang membuat ku tertarik padanya. Pada saat tanya jawab tersebut, seyogianya pastilah ada kontak mata. Dan dimulai dari kontak mata yang wajar itulah aku menyukainya. Tak tau lah apa yang terjadi, yang kurasa adalah adanya ketertarikan langsung saat menatap matanya. Matanya sebenarnya biasa saja, nothing special… namun seperti yang ku tulis di awal, tidak akan ada yang mampu mengusir bila cinta itu menyapa. Lambat namun tegas dan pasti aku menyadarinya: aku suka!!

Setelah “tradisi” itu selesai, resmilah aku ikut serta dalam kegiatan itu. Dan ternyata keikutsertaanku dalam acara itu membuat frekuensi interaksi yang terjadi antara aku dan dia semakin besar. Seiring dengan besarnya interaksi kami, semakin aku menyadari jika aku menyukainya.

Sampai saat cerita ini kutulis, aku hanya mengerti bahwa aku menyukainya. Aku tidak berani memakai kata cinta. Menurutku kata itu terlalu suci untuk sebuah perasaan seumur jagung ini dan aku tidak mau gegabah.

Banyak interaksi lucu yang terjadi antara kami, membuat ku kadang tersenyum sendiri saat mengingatnya. Saat ini aku mengerti mengapa orang yang sedang “fall in love” itu diindentikkan dengan orang yang terganggu jiwanya. Namun bukan berarti aku mengaku jika jiwaku terganggu loh…

Salah satu hal yang lucu adalah bahwa selama ini jika dia berbicara kepadaku, yang dia katakan hanya tentang satu hal: statusku dalam kegiatan tersebut. Hal ini telah berulang kali dipertanyakannya dalam berbagai kalimat. Namun ya intinya hanya mengenai statusku tersebut

Pernah aku cerita hal tersebut pada salah seorang temanku. Dan tanggapannya: “ga tau kali dia mo ngomong apa lagi…” Sebuah kalimat yang jujur menyenangkanku. Karena itu dapat berarti dia menyukaiku, seperti yang aku alami. Karena sepengetahuanku, kita akan gugup saat menghadapi orang yang kita suka. Dan kesimpulan dari kalimat temanku itu adalah dia menyukaiku…

Namun kesimpulan itu dipatahkan sebuah fakta: DIA PUNYA PACAR!!!

Dia telah menjadi orang yang memiliki dan dimiliki. Dia bukan lagi orang bebas yang boleh seenaknya mencinta dan dicintai. Dia telah memiliki kekasih!!!

Jujur fakta itu mengecewakanku. Sedih iya, namun ga sampai “menangis semalam”.Hehehe… Berbagai perasaan yang bercampur pada saat itu membutakan akal sehatku. Sempat berdoa agar mereka segera putus, sempat hampir mengutuki wanita beruntung itu, sempat memaki keadaan yang tidak memihakku.

Syukur ku ucapakn karena hal itu hanya berlangsung beberapa menit. Akal sehatku yang sempat tertidur segera mengambil alih kondisi jiwaku. Aku menyesal sempat kalah dengan perasaanku sendiri. Setelah benar-benar normal malah satu perasaan yang kurasakan: berdosa! Aku merasa berdosa menyukai dia yang telah milik orang!!

Dan keadaan yang “nakal” kembali menamparku dengan sebuah kenyataan. Bahwa seandainya kami saling menyukai pun kami tidak mungkin bersama, karena adanya perbedaan yang mendasar antara kami. Hal yang sebenarnya tidak pernah ku pikirkan secara serius.

Setelah mengetahui kenyataan itu, rencanaku (yang terwajar) adalah menghapus rasa suka ini. Mulai dari aku yang berusaha menyibukkan diri agar tidak memikirkan dia, merepotkan diri agar tidak menghayalkannya. Sampai mencari (dengan sangat sengaja) orang lain yang pantas untuk menggantikan posisinya dalam dalam pikiranku, dalam hayalanku. Banyak yang lebih berpotensi dari dia, namun hati ini dengan polos menolah semua yang berpotensi itu. Dengan tidak berdosa, hati ini malah memarahiku yang sedang berjuang keras ini. Jika dilaporkan dalam satu kata, misi ku ini disebut: GAGAL!!!

Keadaan yang tidak mendukungku itu malah semakin mempermainkan ku. Karena kami masih tergabung dalam satu kegiatan, maka kami masih selalu sering bertemu. Dapat anda bayangkan sulitnya melupakan orang yang hamper setiap hari anda temui.

Keadaan ini masih terjadi sampai cerita ini ditulis. Aku berharap adanya malaikat yang memberikan secercah ide untuk masalahku ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar